JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan peristiwa angin puting beliung yang melemparkan puing pesawat bekas hingga menimpa rumah warga di Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Fenomena tersebut muncul akibat awan cumulonimbus yang terbentuk saat kondisi cuaca ekstrem.
1. Angin Puting Beliung di Bogor
"Faktor utama, puting beliung adalah fenomena angin berputar dengan kecepatan tinggi. Biasanya muncul dari awan cumulonimbus saat cuaca ekstrem lokal," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, GuswantoM kepada awak media, Selasa (30/12/2025).
Guswanto menjelaskan, puting beliung dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu dan tingkat kelembapan udara yang memicu ketidakstabilan atmosfer. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya angin berputar dengan kecepatan tinggi.
"Perbedaan suhu dan kelembapan, udara panas lembap di permukaan bertemu dengan udara dingin di atas dapat menimbulkan ketidakstabilan atmosfer. Angin berputar spiral: Angin kencang >34,8 knot (64 km/jam) bergerak melingkar, menyentuh permukaan bumi, lalu hilang dalam waktu singkat," ujarnya.
Ia menambahkan, karakteristik puting beliung adalah kemunculannya yang tiba-tiba, berdurasi singkat, namun berpotensi menimbulkan kerusakan signifikan. Oleh karena itu, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan saat cuaca ekstrem.
"Puting beliung bukan sekadar 'angin kencang biasa', melainkan hasil interaksi kompleks antara awan CB (cumulonimbus), suhu, kelembapan, dan angin. Fenomena ini sering muncul mendadak, singkat, tapi bisa sangat merusak," ujar Guswanto.
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5402736/original/012713600_1762270978-IMG_4324.jpg)

