Jakarta, IDN Times - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, mengatakan 54 sekolah yang tersebar di tiga provinsi di Pulau Sumatra, tidak akan bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar pada ajaran baru Senin, 5 Januari 2026. Hal itu lantaran sebagian sekolah mengalami kerusakan serius akibat dihantam banjir bandang dan tanah longsor. Bahkan, ada sebagian sekolah yang mengalami kerusakan total sehingga perlu direnovasi.
"Sebanyak 14 sekolah (yang rusak parah) di Aceh, 21 sekolah di Sumatra Barat dan 19 sekolah di Sumatra Utara," ujar Mu'ti ketika memberikan keterangan pers di Graha Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Selasa (30/12/2025).
Sementara, total sekolah yang terdampak banjir dan tanah longsor di tiga provinsi itu mencapai 4.149 sekolah. Mayoritas di antara sekolah-sekolah itu sudah berhasil dibersihkan untuk dipakai pada Senin mendatang. Sisa 587 sekolah masih terus dikebut proses pembersihannya.
"Proses pembersihan terus kami lakukan. Karena dampak dan tingkat kerusakan sangat berat. Sehingga proses (pembersihan) membutuhkan waktu yang lebih lama dari sekolah-sekolah lainnya," tutur dia.
Mendikdasmen pun menyadari kondisi masing-masing sekolah terdampak berbeda-beda. Sehingga, sejak awal Mu'ti sudah memprediksi proses belajar mengajar tidak dapat dilakukan secara maksimal.
"Artinya, mereka (para siswa) boleh saja tidak pakai seragam, tidak pakai sepatu dan lainnya. Termasuk kurikulumnya akan kami rancang secara khusus," tutur dia.
Selain itu, Mu'ti menjelaskan, pihaknya telah menyalurkan dana operasional pendidikan darurat ke tiga provinsi di Sumatra. Total dana yang sudah diserahkan mencapai Rp25,9 miliar.
"Dana operasional pendidikan yang diberikan ke Aceh mencapai Rp11,2 miliar, Sumbar Rp8,5 miliar dan Sumut sekitar Rp6 miliar," katanya.




