Jakarta, VIVA – Memasuki tahun 2026, pasar investasi global diprediksi tetap menarik dan penuh peluang. Tahun 2025 menunjukkan performa saham yang solid, dengan S&P 500 naik sekitar 16 persen dan Nasdaq 100 meningkat hampir 21 persen.
Faktor utama di balik keuntungan ini adalah pertumbuhan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), yang kini menjadi perubahan bisnis dan teknologi paling signifikan sejak internet.
Selain AI, pertumbuhan pendapatan yang stabil dan likuiditas yang melimpah turut mendukung harga aset. Selain saham, emas menjadi aset yang menonjol sepanjang 2025.
Harga emas naik sekitar 68 persen, sementara saham tambang emas mencatat kenaikan jauh lebih tinggi. Sebaliknya, Bitcoin turun sekitar 5 persen, meski popularitasnya di portofolio institusi semakin meningkat.
Berikut ini prediksi investasi yang bakal cuan di 2026, sebagaimana dirangkum dari Zacks, Selasa, 30 Desember 2025.
- VIVA/M Ali Wafa
1. Big Tech Tetap Dominan
Perusahaan teknologi terbesar tetap menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang kuat, profitabilitas meningkat, dan valuasi yang tinggi namun wajar. Peluang pertumbuhan meluas ke sektor cloud, perangkat wearable, kendaraan otonom, robotika, dan teknologi baru lainnya.
2. AI Masih Dalam Fase Infrastruktur
Siklus pembangunan infrastruktur AI global diperkirakan masih berlangsung, mirip dengan fase pembangunan internet akhir 1990-an. Penggunaan awal AI di perusahaan mulai terlihat, sementara aplikasi untuk konsumen masih dalam tahap awal.
Total belanja modal terkait AI diproyeksikan mencapai lebih dari US$500 miliar atau ekitar Rp8,35 ribu triliun pada 2026. Ini menjadi pendorong utama pertumbuhan teknologi dan industri.
3. Energi Surya Sebagai Penggerak Tenaga Baru
Meskipun menghadapi tantangan politik, energi surya menunjukkan kekuatan relatif. Efisiensi panel surya dan teknologi baterai meningkat signifikan, menjadikan surya sumber energi baru tercepat dan paling skalabel saat permintaan listrik melonjak.
Biaya modul fotovoltaik turun sekitar 90 persen dalam satu dekade terakhir, sedangkan biaya baterai lithium-ion turun sekitar 20 persen dalam setahun terakhir, mencapai Rp1,8 juta per kilowatt-jam, mempermudah penyimpanan energi 24 jam.
4. Minyak dan Gas Tetap Esensial
Permintaan gas alam meningkat pesat, sementara sentimen terhadap minyak berada di titik siklus rendah. Minyak kini membentuk dasar harga setelah beberapa tahun mengalami tekanan, sedangkan gas tetap dalam tren bullish. Peningkatan kapasitas ekspor LNG AS dan permintaan domestik yang meningkat mendukung prospek positif sektor energi.




