Iran Tegaskan Komitmen pada Jalur Diplomasi Meski Ketegangan dengan AS Meningkat

pantau.com
2 jam lalu
Cover Berita

Pantau - Pemerintah Iran pada Senin (29/12) menegaskan bahwa pihaknya tetap mengandalkan diplomasi sebagai sarana utama untuk melindungi kepentingan nasional, selama pendekatan tersebut terbukti efektif.

Pernyataan ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, dalam konferensi pers mingguan yang digelar di Teheran.

Baghaei menyatakan bahwa Iran tidak pernah meninggalkan jalur diplomasi dan akan terus menggunakannya jika kondisi memungkinkan dan relevan untuk mendorong kepentingan nasional.

Ia juga menekankan bahwa kontak yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat terbatas hanya pada isu-isu yang berkaitan dengan program nuklir Iran.

Kontak dengan AS dan Mediasi Irak

Terkait pernyataan terbaru Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia' al-Sudani, yang mengungkapkan keinginan Baghdad untuk memfasilitasi perundingan langsung antara Iran dan Amerika Serikat, Baghaei menyatakan apresiasinya.

"Kepedulian Irak atas keamanan dan stabilitas regional patut diapresiasi," ungkapnya.

Iran menyambut baik setiap upaya tulus dari negara-negara tetangga yang bertujuan meredakan ketegangan kawasan, namun Baghaei menekankan bahwa setiap proses negosiasi harus melalui jalur diplomatik yang benar dan sesuai prosedur.

Saat ini, saluran komunikasi resmi antara Iran dan AS masih berjalan melalui kantor penghubung kepentingan di Swiss dan Washington.

Baghaei menegaskan bahwa belum ada kebutuhan untuk membuka jalur komunikasi tambahan di luar mekanisme yang telah ada.

Ketegangan Meningkat Usai Serangan Militer

Sebelumnya, Iran dan Amerika Serikat telah melaksanakan lima putaran perundingan tidak langsung yang dimediasi oleh Oman, membahas program nuklir Teheran di awal tahun ini.

Putaran keenam sedang dipersiapkan ketika situasi berubah drastis pada 13 Juni, setelah Israel secara mendadak melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah wilayah strategis di Iran.

Serangan tersebut menargetkan situs nuklir dan fasilitas militer, dan mengakibatkan kematian beberapa komandan senior, ilmuwan nuklir, serta warga sipil.

Situasi semakin memanas ketika pada 22 Juni, pasukan Amerika Serikat membombardir tiga fasilitas nuklir utama Iran, yaitu Natanz, Fordow, dan Isfahan.

Aksi militer tersebut meningkatkan tensi geopolitik secara signifikan, namun Iran menegaskan bahwa pendekatan diplomatik tetap menjadi prioritas utama dalam merespons perkembangan yang terjadi.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Bocoran Spesifikasi Oppo Find N6 Ungkap Layar Lipat 2K, Kamera 200MP, dan Snapdragon 8 Elite Gen 5
• 15 jam lalupantau.com
thumb
Jejak Pendidikan Gibran Kembali Dibahas, Rismon Sianipar: Inikah Calon Pemimpin Masa Depan RI? Tak Punya Ijazah SMA
• 8 jam lalufajar.co.id
thumb
Pemudik Sepeda Motor Dominasi Pelabuhan Bakauheni Jelang Tahun Baru
• 21 jam lalubisnis.com
thumb
Densus 88 Gulung Jaringan Radikalisme pada Anak dengan Rekrutmen Online Libatkan 5 Teroris
• 4 jam laluokezone.com
thumb
Labubu dan KPop Demon Hunters Dominasi Tren Konsumen Asia pada 2025
• 7 jam lalurepublika.co.id
Berhasil disimpan.