Jakarta (ANTARA) - Menteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengatakan Klinik UMKM Bangkit dibentuk untuk mempercepat pemulihan usaha terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat paling lama dalam jangka waktu paling lama satu tahun.
Dalam kunjungannya ke Kabupaten Aceh Tamiang, Selasa (30/12), Maman menjelaskan tahap pemetaan UMKM terdampak akan berlangsung hingga Maret 2026, sebelum dilanjutkan dengan program bantuan pembiayaan, relaksasi pinjaman, serta penyediaan modal usaha.
“Dikomandani pemerintah daerah, klinik ini bertugas mengurus layanan pembiayaan dengan memastikan UMKM terdampak bencana yang terdata dan memiliki tanggungan kredit di bank mendapatkan relaksasi pinjaman serta kecukupan modal usaha,” kata Maman dalam siaran pers kementerian yang diterima di Jakarta, Rabu.
Selain layanan pembiayaan, Maman menyebut Klinik UMKM Bangkit juga difungsikan sebagai pusat perbelanjaan produk lokal dari tiga provinsi terdampak. Produk-produk tersebut akan dipasarkan di dalam dan luar provinsi sehingga dapat menghidupkan UMKM setempat sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
Langkah itu diyakini mampu menggerakkan kembali ekonomi di wilayah terdampak bencana.
Selain itu, ia mengatakan klinik akan menyediakan layanan produksi agar UMKM yang usahanya terhenti dapat melanjutkan kegiatan usahanya. Peralatan produksi sesuai kebutuhan akan difasilitasi melalui layanan ini.
Maman menekankan pemerintah bersama Kemenko Perekonomian, Kementerian Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyiapkan perangkat aturan agar UMKM yang memiliki tanggungan kredit memperoleh keringanan.
Klinik UMKM Bangkit akan berdiri di delapan titik di tiga provinsi terdampak banjir, yakni Banda Aceh, Pidie, Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Pidie Jaya di Aceh; Medan dan Tapanuli Tengah di Sumatera Utara; serta Padang di Sumatera Barat.
“Insyaallah perangkatnya sudah disiapkan hingga ekonomi UMKM di Aceh dan wilayah lain pulih dan normal kembali,” ujar Maman.
Selain itu, pemerintah juga mereaktivasi Pasar Pagi Kuala Simpang di Aceh Tamiang agar para pedagang dapat kembali berjualan, dan masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebanyak 140 tenda bantuan akan didirikan sebagai lokasi berjualan sementara, dan pemerintah setempat berencana menambah sekitar 200 tenda lagi agar semakin banyak pedagang yang dapat beraktivitas.
Dalam kunjungannya ke Kabupaten Aceh Tamiang, Selasa (30/12), Maman menjelaskan tahap pemetaan UMKM terdampak akan berlangsung hingga Maret 2026, sebelum dilanjutkan dengan program bantuan pembiayaan, relaksasi pinjaman, serta penyediaan modal usaha.
“Dikomandani pemerintah daerah, klinik ini bertugas mengurus layanan pembiayaan dengan memastikan UMKM terdampak bencana yang terdata dan memiliki tanggungan kredit di bank mendapatkan relaksasi pinjaman serta kecukupan modal usaha,” kata Maman dalam siaran pers kementerian yang diterima di Jakarta, Rabu.
Selain layanan pembiayaan, Maman menyebut Klinik UMKM Bangkit juga difungsikan sebagai pusat perbelanjaan produk lokal dari tiga provinsi terdampak. Produk-produk tersebut akan dipasarkan di dalam dan luar provinsi sehingga dapat menghidupkan UMKM setempat sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
Langkah itu diyakini mampu menggerakkan kembali ekonomi di wilayah terdampak bencana.
Selain itu, ia mengatakan klinik akan menyediakan layanan produksi agar UMKM yang usahanya terhenti dapat melanjutkan kegiatan usahanya. Peralatan produksi sesuai kebutuhan akan difasilitasi melalui layanan ini.
Maman menekankan pemerintah bersama Kemenko Perekonomian, Kementerian Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyiapkan perangkat aturan agar UMKM yang memiliki tanggungan kredit memperoleh keringanan.
Klinik UMKM Bangkit akan berdiri di delapan titik di tiga provinsi terdampak banjir, yakni Banda Aceh, Pidie, Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Pidie Jaya di Aceh; Medan dan Tapanuli Tengah di Sumatera Utara; serta Padang di Sumatera Barat.
“Insyaallah perangkatnya sudah disiapkan hingga ekonomi UMKM di Aceh dan wilayah lain pulih dan normal kembali,” ujar Maman.
Selain itu, pemerintah juga mereaktivasi Pasar Pagi Kuala Simpang di Aceh Tamiang agar para pedagang dapat kembali berjualan, dan masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebanyak 140 tenda bantuan akan didirikan sebagai lokasi berjualan sementara, dan pemerintah setempat berencana menambah sekitar 200 tenda lagi agar semakin banyak pedagang yang dapat beraktivitas.





