Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Djoko Siswanto, membawa kabar baik di penghujung tahun 2025. Ia menyatakan bahwa target lifting minyak nasional dalam APBN 2025 sebesar 605.000 barel per hari (bph) resmi tercapai.
Djoko mengungkapkan, pencapaian ini merupakan hasil dari upaya masif di tengah dinamika industri hulu migas yang penuh tantangan sepanjang tahun.
"Bagaimana kita bisa mencapai target APBN 605. Nah alhamdulillah, alhamdulillah 1-2 hari terakhir dengan berbagai upaya gejolak yang sangat luar biasa kita mencapai 605 alhamdulillah," ujar Djoko dalam bincang di salah satu TV Nasional, Selasa (30/12/2025).
Baca Juga: SKK Migas–Petrogas Mulai Injeksi Perdana Proyek CEOR Lapangan Walio
Meski sudah menyentuh angka target, SKK Migas masih terus mengejar pembersihan stok di tangki penampungan sebelum pergantian tahun untuk memaksimalkan capaian.
"Kita tinggal 3 hari lagi menuju akhir tahun, Senin, Selasa, Rabu tanggal 31 kita mau lifting semua minyak-minyak yang sudah kita produksi, yang sudah kita tampung di tangki-tangki dan di tanker-tanker. Mudah-mudahan cuaca bagus insyaallah kita bahkan bisa melebihi target daripada APBN," lanjutnya.
Terobos Badai 'Unplanned Shutdown'
Pencapaian ini tergolong signifikan mengingat industri hulu migas nasional sempat dihantam berbagai kendala teknis dan bencana alam. Djoko membeberkan bahwa infrastruktur yang sudah menua ( mature ) menjadi penyebab utama terjadinya penghentian operasional tidak terencana atau unplanned shutdown.
"Pipa-pipa banyak berkarat, banyak bocor. Nah mesin-mesin pembangkit listrik... di Rokan juga untuk membangkitkan menggerakkan pompa-pompa angguk itu juga sangat membutuhkan listrik dan ini pembangkit listriknya juga beberapa kali shutdown," ungkap Djoko.
Baca Juga: WP&B 2026 Digodok, SKK Migas Usulkan Target Minimal 100 Sumur Pengeboran Eksplorasi
Bahkan, ia mencatat adanya kehilangan produksi hingga ratusan ribu barel akibat kebocoran pipa di Lapangan Banyu Urip dan dampak bencana alam di Aceh serta Sumatera Utara yang merusak pipa gas hingga menyebabkan kehilangan produksi kondensat sebesar 2.000 barel per hari.
Strategi Baru: Masukkan LPG ke Kelompok Minyak
Salah satu kunci keberhasilan menyentuh angka 605.000 bph adalah adanya penyesuaian strategi manajemen dan definisi molekul produksi. Djoko menjelaskan bahwa produksi LPG kini dimasukkan ke dalam kelompok minyak sesuai dengan definisi undang-undang dan kontrak.
"LPG ini cukup lumayan 22.000-23.000 barel oil per day nah itu kita masukkan ke dalam kelompok minyak karena LPG kan Liquid Petroleum Gas, dari segi definisi itu masuk dalam minyak. Nah itu kita masukkan ke dalam kelompok minyak sehingga kita bisa dapat mencapai 605.000 barel oil per day," jelasnya.
Baca Juga: Kejar Lifting 2026, Rakor Dukbis SKK Migas Tekankan Reformasi Perizinan dan Efisiensi Rantai Suplai
Selain itu, SKK Migas juga mulai mencatatkan produksi dari sumur-sumur minyak masyarakat dan sumur tua melalui Permen Nomor 14 Tahun 2025. Potensi sumur masyarakat ini diperkirakan mencapai 50.000 barel per hari di masa depan.
Target 2026: Strategi 'Triple 100'
Menatap tahun 2026, Djoko telah mencanangkan strategi bertajuk "Triple 100" untuk menjaga momentum kenaikan produksi.
"Yang pertama adalah kita harus mengebor struktur-struktur baru lapangan-lapangan baru yang sudah kita identifikasi ada minyaknya minimum 100. Kemudian kita juga harus melakukan eksplorasi juga 100 sumur. Yang ketiga adalah teknologi," paparnya.
Baca Juga: Industri Hulu Migas Catat TKDN Rp388 Triliun Sepanjang 2020–2025
Penerapan teknologi seperti multi-stage fracturing dan Enhanced Oil Recovery (EOR) menjadi tumpuan. Djoko mencontohkan proyek EOR di Lapangan Minas, Blok Rokan, yang secara keseluruhan programnya di beberapa area diharapkan bisa mencapai angka 200.000 barel per hari di masa mendatang.



