Sering Konsumsi Ultra-Processed Food, Kapan Dampaknya Terlihat pada Anak?

kumparan.com
7 jam lalu
Cover Berita

Makanan ultra proses (ultra-processed food/UPF) sering dianggap sebagai solusi makanan yang praktis dan nikmat untuk dikonsumsi bersama keluarga. Mulai dari camilan kemasan, nugget, sosis, hingga minuman manis, semuanya mudah ditemui dan dibeli. Bentuk, warna, dan rasanya pun kerap memikat anak-anak.

Namun tanpa disadari, UPF sendiri cenderung tinggi gula, garam, lemak (GGL), serta bahan-bahan aditif.

Apa dampaknya jika UPF dikonsumsi terlalu sering dalam jangka panjang oleh si kecil dan juga anggota keluarga lain?

Dampak Jangka Panjang Konsumsi UPF pada Anak

Dokter spesialis anak, dr. Reza Fahlevi, SpA(K), mengungkap konsumsi UPF yang tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) dalam jangka panjang dan jumlah yang berlebihan berpotensi meningkatkan risiko penyakit metabolik pada si kecil.

“Beberapa kondisi yang dapat muncul seperti obesitas, hipertensi, hingga diabetes melitus,” ujar dr. Reza kepada kumparanMOM, beberapa waktu lalu.

Sebenarnya, tidak ada patokan waktu pasti kapan dampak terlalu sering konsumsi UPD pada anak akan terjadi. Sebab, setiap anak memiliki respons yang berbeda terhadap sesuatu yang mereka konsumsi.

dr. Reza menilai, hal ini dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa banyak anak mengonsumsi makanan tinggi GGL, serta faktor lain seperti aktivitas fisik dan gaya hidup sehari-hari.

Karena itu, dampak konsumsi UPF tidak bisa disamaratakan antara satu anak dengan anak lainnya.

“Lebih bagus kita untuk menghindari konsumsi terlalu banyak UPF pada si kecil. Dan kembali ke real food, yaitu makanan yang sifatnya alami. Karena lebih natural, kandungan gula, garam, serta lemaknya lebih rendah,” ucap dr. Reza

Jangan Lewatkan Pemantauan Tumbuh Kembang Anak

Selain memperhatikan asupan makanan, pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin juga penting dilakukan, Moms.

Menurut dr. Reza, tanda-tanda awal seperti obesitas sebenarnya dapat dideteksi lebih dini melalui pemantauan pertumbuhan yang teratur. Pemantauan tumbuh kembang dianjurkan dilakukan dengan jadwal:

  1. Usia di bawah 1 tahun: setiap bulan

  2. Usia 1–2 tahun: setiap 3 bulan

  3. Usia 2–6 tahun: setiap 6 bulan

  4. Usia di atas 6 tahun: setiap setahun sekali

“Meskipun jadwal imunisasi anak sudah selesai, pemantauan tumbuh kembang sebaiknya tidak dihentikan. Pemeriksaan rutin berperan penting untuk mendeteksi dini berbagai masalah kesehatan, termasuk obesitas dan penyakit metabolik pada anak,” pesan dr. Reza


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kaleidoskop: Deretan Minuman Viral di Sepanjang 2025
• 7 jam lalukumparan.com
thumb
Ramai di Media, Sepi Dampak: Masalah Sunyi Budaya Korporat Digital
• 21 jam lalukumparan.com
thumb
Harga Minyak Datar, Harapan Damai Rusia-Ukraina Pudar dan Ketegangan Yaman Memanas
• 12 jam laluidxchannel.com
thumb
Atalia Praratya Tegaskan Tak Ada Nama Perempuan Lain dalam Gugatan Cerai terhadap Ridwan Kamil
• 2 jam lalupantau.com
thumb
Virgoun Dituding Sebarkan Rekaman CCTV, Eva Manurung Ancam Laporkan Inara Rusli dan Insanul Fahmi
• 23 jam lalugrid.id
Berhasil disimpan.