Investor yang menggenggam hanya satu lot di saham PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) sejak pencatatan saham perdana atau iniitial public offering (IPO) telah untung hingga 950,60%. Meskipun telah disuspensi bursa tiga kali, RLCO bahkan telah mencetak auto reject atas (ARA) sebanyak 12 kali.
Apabila menilik performa sahamnya terakhir, saham RLCO ditutup di level Rp 1.765 atau melesat 9,97% pada perdagangan Selasa (30/12). Volume yang diperdagangkan tercatat 5,09 juta dengan nilai transaksi Rp 8,98 miliar dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 5,52 triliun.
Kenaikan harga saham menarik perhatian lantaran emiten yang bergerak di bidang ekspor sarang burung walet itu baru mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Desember 2025 lalu. Pada debut perdananya, harga saham RLCO dibuka melesat 34,52% ke level Rp 226 atau manembus batas harga tertinggi perdagangan harian atau auto rejection atas (ARA) dan kapitalisasi pasar Abadi Lestari Indonesia melesat mencapai Rp 706,25 miliar.
Pada gelaran IPO, RLCO bahkan mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 948,25 kali. RLCO menawarkan saham di batas tertinggi yakni Rp 168 dalam rentang harga Rp 150–168 per saham.
Perseroan melepas 625 juta saham atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Dengan demikian, perusahaan berpotensi menghimpun dana segar sekitar Rp 105 miliar.
Seluruh dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana saham (IPO), setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan untuk dua kebutuhan utama. Sekitar 56,33% akan digunakan sebagai modal kerja, terutama untuk pembelian bahan baku berupa sarang burung walet. Sisanya, sekitar 43,67%, akan disetorkan kepada entitas anak, PT Realfood Winta Asia dalam bentuk penyertaan modal yang juga akan digunakan untuk pembelian bahan baku serupa.
Perseroan menilai tambahan modal kerja dari IPO diperlukan untuk mengoptimalkan utilitas pabrik yang saat ini masih belum mencapai kapasitas maksimal. Dengan dana tersebut, perusahaan berharap dapat meningkatkan kapasitas operasional dan produktivitas, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan pendapatan.
Adapun jika dana hasil IPO tidak mencukupi untuk membiayai rencana penggunaan dana, perseroan membuka kemungkinan menggunakan sumber pendanaan lain, seperti pinjaman pihak ketiga maupun dana internal.
Geliat EkspansiDi samping itu RLCO kini tengah menggenjot ekspansi ke internasional usai resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan menargetkan ekspor produk olahan sarang burung walet ke sejumlah negara baru, termasuk Vietnam, Thailand, hingga Amerika Serikat.
Direktur Utama RLCO, Edwin Pranata menegaskan ekspansi tersebut menjadi babak baru transformasi perusahaan. Mulai dari eksportir bahan mentah menjadi produsen produk kesehatan konsumen dengan nilai tambah tinggi. Ia menjelaskan dipilihnya Vietnam, Thailand, dan Amerika Serikat sebba potensi pertumbuhan yang besar di pasar wellness dan suplemen kesehatan.
Ia juga mengatakan ekspor ke Vietnam telah dimulai pada kuartal keempat 2025. Selanjutnya, Thailand ditargetkan menyusul pada kuartal kedua 2026, dan ekspansi ke Amerika Serikat direncanakan berlangsung pada kuartal keempat 2026. Di samping itu RLCO juga membuka peluang untuk masuk ke pasar lain di kawasan Asia Tenggara, termasuk Filipina dan negara lainnya.
“Ekspansi kami bukan lagi mengekspor bahan mentah, tetapi produk jadi dan fokus kami adalah minuman sarang burung walet dan produk nutrisi yang sudah diolah,” kata Edwin dalam konferensi pers usai IPO di Gedung BEI, Jakarta, Senin (8/12).



