Gelombang Bangkrut Melanda Industri Toko Roti Viral : Hampir 90.000 Toko Tutup, Bertahan Hidup Jadi Satu-satunya Target

erabaru.net
4 jam lalu
Cover Berita

Pasar industri roti dan kue di Tiongkok tengah dilanda gelombang penutupan toko yang meluas ke seluruh negeri. Menjelang akhir tahun 2025, hampir 90.000 ribu toko roti telah tutup, dengan usia rata-rata bertahan gerai roti kurang dari tiga tahun. Bagi toko roti yang sempat populer di media sosial, “bertahan hidup” kini menjadi tujuan utama.

EtIndonesia. Mengutip laporan media daratan Tiongkok seperti Blue Whale Finance, pada 27 Desember 2025, merek roti ternama 85°C mengumumkan penutupan gerai Wolong Road di Jinan, yang merupakan toko terakhir 85°C di kota tersebut. Sebelumnya, toko terakhir 85°C di Beijing juga resmi berhenti beroperasi pada 31 Oktober.

Data menunjukkan bahwa merek yang kerap disebut sebagai “pelopor toko roti viral di Tiongkok” ini sepanjang tahun telah menutup gerai di berbagai kota besar, termasuk Hangzhou, Shanghai, Nanjing, dan Jinan. Beberapa waktu lalu, perusahaan induknya, Gourmet Master-KY, secara terbuka menyatakan bahwa jumlah toko yang ditutup di Tiongkok daratan tahun ini akan melebihi 40 gerai.

Faktanya, di industri roti Tiongkok, gelombang penutupan menyebar dengan kecepatan di luar dugaan. Banyak merek yang dahulu akrab di mata konsumen kini menghilang satu per satu. Tous Les Jours, BreadTalk, Royal Meifu, bread618, dan merek lain yang sempat sangat populer, semuanya menghadapi tekanan penutupan dan penyusutan usaha.

Pada 27 Desember, toko Guanglianshen di CapitaMall Jinniu, Chengdu, menjalani hari operasional terakhirnya dan resmi tutup keesokan harinya. Ini juga merupakan toko Guanglianshen terakhir yang masih beroperasi di Chengdu. Sementara itu, toko roti viral Youhe menutup dua gerai di Shanghai pada Oktober, salah satunya baru dibuka sekitar 10 bulan di Global Harbor Shanghai.

Bahkan Huan Niu Cake House, merek jaringan asal Hangzhou yang pernah memperoleh pendanaan hingga puluhan juta dolar AS, pada Juni tahun ini merilis “Pengumuman Perpisahan kepada Konsumen” dan menyatakan keluar dari pasar. Dalam pengumuman tersebut disebutkan bahwa lonjakan biaya, persaingan pasar yang ketat, serta ketidakseimbangan manajemen internal menjadi penyebab utama.

Saat ini, Taikoo Group juga tengah berupaya melepas seluruh sahamnya di merek jaringan roti Xinqinyuan. Merek unggulan ini memiliki lebih dari 400 gerai di seluruh negeri dan sebelumnya diakuisisi Taikoo Group dengan nilai hampir 1,4 miliar dolar Hong Kong, namun kini akan berpindah kepemilikan.

Data dari Men Canyan menunjukkan bahwa sejak awal tahun hingga 15 Desember, jumlah toko roti “viral” di Tiongkok berkurang sebanyak 87.658 gerai. Media daratan menyebutkan bahwa meski tampak glamor di permukaan, pada 2025 bertahan hidup menjadi prioritas nomor satu bagi toko-toko roti populer tersebut.

Sementara itu, data riset yang dirilis Meituan menunjukkan bahwa di pasar roti domestik, usia rata-rata bertahan sebuah toko hanya 32 bulan, dan lebih dari 57% toko tutup dalam dua tahun sejak dibuka.

Mengapa hal ini terjadi?

Pertama, biaya yang terus meningkat menjadi tantangan besar bagi merek roti viral. Untuk menarik pelanggan, toko roti biasanya harus membuka gerai di pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, atau kawasan pemukiman padat. Di sisi lain, harga bahan baku berkualitas seperti mentega dan tepung terus naik, sementara biaya pemasaran dan promosi juga melonjak, sehingga ruang keuntungan semakin tertekan.

Sebuah laporan riset industri yang dirilis Hu’an Securities mengambil contoh toko roti seluas sekitar 100 meter persegi di perkotaan. Dengan omzet bulanan 270 ribu yuan, biaya bahan baku diperkirakan 35% dari pendapatan (sekitar 95 ribu yuan), sewa serta utilitas sekitar 60 ribu yuan, dan biaya tenaga kerja sekitar 91 ribu yuan. Sebagian besar laba kotor habis dimakan kenaikan biaya, sehingga laba bersih bulanan hanya sekitar 24 ribu yuan.

Selain itu, supermarket gudang berbasis keanggotaan dan merek ritel baru seperti Sam’s Club dan Hema dalam beberapa tahun terakhir besar-besaran mengembangkan bisnis roti segar, yang semakin memperketat persaingan di industri ini.

Para pemain lintas sektor ini, dengan rantai pasok yang besar dan matang, mampu memperoleh bahan baku dengan biaya lebih rendah. Di tengah melemahnya ekonomi Tiongkok dan menurunnya daya beli masyarakat, arus pengunjung pusat perbelanjaan berkurang, sehingga keunggulan toko roti viral semakin terkikis.

oleh He Yating / Lin Qing


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Bersama Pulihkan Aceh, Telkomsel Tegaskan Komitmen dalam Rakor Satgas Pascabencana
• 19 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Rotasi Bumi Terus Melambat sejak Jutaan Tahun Lalu, Ini Dampaknya bagi Oksigen!
• 6 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Hasil Liga Inggris: Manchester United dan Chelsea Ditahan Imbang di Kandang
• 18 jam lalumedcom.id
thumb
Minta Jaminan Keamanan, Zelensky Bahas Pengiriman Pasukan AS ke Ukraina
• 10 jam laluokezone.com
thumb
Kapolri Minta Layanan 110 Dimasifkan: Respons Cepat Setiap Aduan
• 22 jam laludetik.com
Berhasil disimpan.