Jakarta, VIVA – Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro menegaskan komitmen Astra dalam mendorong peran aktif generasi muda kembali diwujudkan melalui penyelenggaraan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2025.
Program ini menjadi ruang apresiasi bagi anak-anak muda Indonesia yang menghadirkan solusi berkelanjutan atas berbagai tantangan sosial melalui pendekatan yang relevan, terukur, dan berdampak nyata. Khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi, melalui proses seleksi dan penjurian yang komprehensif.
"Astra percaya, ketika generasi muda diberi ruang dan kepercayaan, mereka mampu menjadi penggerak solusi yang relevan bagi masyarakat sekaligus fondasi penting bagi pembangunan Indonesia ke depan," ujar Djony dikutip dari keterangannya, Rabu, 31 Desember 2025.
Dia menjabarkan, di bidang Kesehatan, Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Bidang Kesehatan Tahun 2025 Alvin Henri yang berasal dari Provinsi Sumatra Utara memulai inisiatifnya dari pengalaman pribadi saat menempuh pendidikan kedokteran. Ia melihat kesenjangan akses pembelajaran antara mahasiswa dan tenaga medis di daerah dengan mereka yang berada di pusat pendidikan, terutama dalam hal ketersediaan materi pembaruan ilmu, buku, dan pelatihan berkelanjutan.
Berangkat dari kondisi tersebut, Alvin mengembangkan ruang belajar bersama yang berfokus pada pembelajaran praktis dan terstruktur. Inisiatif ini kemudian berkembang menjadi Medsense, sebuah platform edukasi medis digital yang menyediakan materi pembelajaran, latihan, serta evaluasi yang dapat diakses secara fleksibel oleh mahasiswa kedokteran hingga dokter.
Melalui Medsense, akses pembelajaran medis menjadi lebih inklusif dan merata, khususnya bagi tenaga kesehatan di luar Pulau Jawa. Upaya ini berkontribusi dalam memperkuat kualitas sumber daya manusia kesehatan sebagai fondasi penting dalam meningkatkan layanan kesehatan masyarakat.
Pada bidang Kewirausahaan, Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Bidang Kewirausahaan Tahun 2025 Tatag Adi Sasono yang berasal dari Provinsi Jawa Timur mengembangkan Mitra Ternak Farm dari pengalaman menghadapi berbagai tantangan dalam merintis usaha peternakan desa. Keterbatasan modal, risiko penyakit ternak, dan rendahnya kepercayaan pasar menjadi hambatan yang harus dihadapi sejak awal.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Tatag membangun model titip ternak berbasis teknologi yang menghubungkan peternak lokal dengan mitra dari berbagai daerah, termasuk pekerjamigran Indonesia. Sistem ini dirancang untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kepercayaan antar pihak.





