- Pembelian Emas Besar-Besaran oleh Bank Sentral
- Kalahkan Saham, Ungguli S&P 500
- Emas Sebagai Lindung Nilai
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas tengah mencatatkan rekor teringgi dalam puluhan tahun terakhir. Kontrak berjangka emas yang diperdagangkan di New York telah melonjak hampir 71% sepanjang tahun ini, dan berada di jalur menuju kenaikan tahunan terbaik dalam 46 tahun terakhir.
Terakhir kali emas mencatatkan kinerja setinggi ini adalah ketika Jimmy Carter masih menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Saat itu krisis sedang berlangsung di Timur Tengah, inflasi melonjak tajam, dan AS berada di tengah krisis energi.
Namun peningkatan harga emas dinilai belum selesai dari prediksi sejumlah analis, sehingga investor disarankan untuk tidak buru-buru melepas kepemilikan emas.
Saat ini ketidakpastian global masih menghantui banyak negara. Mulai dari perang dagang, perang Rusia - Ukraina, ketegangan Israel - Iran, hingga Amerika Serikat menyita kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela. Dalam situasi ini investor cenderung beralih ke aset lindung nilai seperti emas.
"Ketidakpastian masih menjadi ciri utama perekonomian global," kata Senior Market Strategist di World Gold Council, mengutip CNN International, Minggu (28/12/2025).
"Dalam kondisi seperti ini, emas semakin menarik sebagai instrumen diversifikasi strategis dan sumber stabilitas," tambahnya.
Emas dinilai sebagai investasi yang tangguh, dan diyakini mampu mempertahankan nilainya di tengah krisis, lonjakan inflasi, maupun pelemahan nilai mata uang.
Pada awal tahun, emas diperdagangkan di kisaran US$2.640 per troy ounce. Kini, harga telah menembus rekor tertinggi di atas US$4.500 per troy ounce.
Bahkan, analis JPMorgan Chase memperkirakan harga emas berpeluang menembus US$5.000 per troy ounce pada 2026.
Emas juga dinilai diuntungkan oleh kebijakan pelonggaran moneter Federal Reserve. Saat suku bunga turun, imbal hasil obligasi ikut melemah sehingga daya tarik emas justru meningkat.
Brankas emas milik Federal Reserve Bank of New York. (Dok. newyorkfed)
Kenaikan harga emas juga ditopang oleh aksi pembelian besar-besaran oleh bank sentral, dengan China sebagai salah satu pemain utama. Salah satu alasan utama bank sentral China meningkatkan cadangan emasnya adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap aset Amerika Serikat, seperti obligasi pemerintah AS dan dolar, menurut Ulf Lindahl, CEO Currency Research Associates.
Perubahan ini semakin terlihat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Saat itu, pemerintah Barat membekukan aset Rusia dalam denominasi dolar AS, yang mendorong negara-negara seperti Rusia dan China mencari cara untuk mengurangi eksposur terhadap kebijakan AS.
"Gelombang pembelian emas oleh bank sentral saat ini berbeda karena sangat dipengaruhi faktor geopolitik," kata Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen
Ia menambahkan bahwa pembekuan cadangan devisa negara dan fragmentasi sistem keuangan global telah menciptakan permintaan struktural terhadap emas yang berpotensi bertahan selama bertahun-tahun.
Data World Gold Council menunjukkan bahwa bank sentral di seluruh dunia telah mengakumulasi lebih dari 1.000 ton emas dalam masing-masing tiga tahun terakhir, jauh di atas rata-rata 400-500 ton per tahun dalam satu dekade sebelumnya.
Kalahkan Saham, Ungguli S&P 500Adapun kinerja emas tahun ini juga melampaui pasar saham. S&P 500 hanya mencatatkan kenaikan sekitar 18%, tertinggal jauh dibanding reli emas yang mencapai 71%.
Pelemahan dolar AS juga turut memperkuat harga emas karena membuatnya lebih terjangkau bagi investor global.
Tak hanya emas, logam mulia lain juga ikut bersinar. Harga perak, platinum, dan paladium masing-masing mencatatkan kenaikan tajam, menandakan meningkatnya minat investor terhadap aset lindung nilai. Kontrak berjangka perak melonjak 146% sepanjang tahun ini, sementara platinum naik hampir 150% dan paladium menguat sekitar 100%.
Emas Sebagai Lindung NilaiManajer Portofolio di Neuberger Berman Hakan Kaya mengatakan bagi investor logam mulia berfungsi sebagai lindung nilai terhadap dunia yang semakin tidak pasti.
Dia memperkirakan tren ini juga berlanjut. Bahkan diproyeksikan harga emas berpotensi naik pada 2026. Dengan dasar, peningkatan cadangan emas oleh bank sentral dapat mengurangi pasokan emas yang beredar di pasar.
Sehingga dengan kombinasi permintaan yang meningkat dan pasokan terbatas berpotensi mendorong harga lebih tinggi.
Selain itu, kepala strategi pasar di Miller Tabak + Co. Matt Maley, mengatakan kekhawatiran terhadap defisit anggaran pemerintah yang besar dan beban utang juga turut meningkatkan permintaan logam mulia.
"Seiring investor semakin menyadari persoalan-persoalan ini, mereka mulai melirik emas sebagai aset lindung nilai," kata Maley.
(emy/wur)


