Bursa Eropa mendekati level rekor saat menutup perdagangan pekan lalu di Rabu (24/12). Pasar saham euro dihadapkan libur panjang namun tetap berada dalam jalur kinerja tahunan terkuatnya sejak 2021.
Dilansir dari Reuters, Senin (29/12), Indeks Stoxx 600 berakhir stagnan di 588,61. Aktivitas perdagangan berlangsung tipis karena sejumlah bursa tutup lebih awal, sementara pasar lain tidak beroperasi sepanjang hari di Eropa.
Baca Juga: Anak Usaha RATU Akuisisi Saham Kontraktor Hulu Migas di Selat Sunda
Dukungan utama pasar datang dari dorongan belanja fiskal dari Jerman. Hal tersebut diikuti oleh tren penurunan suku bunga global, serta diversifikasi investor dari saham teknologi yang dinilai sudah mahal. Likuiditas yang rendah turut memperbesar pergerakan harga meski volume transaksi terbatas.
Saham-saham sektor barang mewah menjadi pencetak kenaikan terbesar, dengan penguatan pada Richemont, Kering, dan LVMH. Saham pertambangan juga menguat setelah harga emas, perak, platinum, dan tembaga mencetak rekor tertinggi baru.
Analis Pasar Senior Swissquote, Ipek Ozkardeskaya mengatakan faktor-faktor yang mendorong kenaikan harga logam, seperti tingginya utang pemerintah, ketidakpastian geopolitik serta kebijakan moneter yang lebih longgar, menjaga prospek positif harga logam dalam jangka menengah hingga panjang.
Namun, ia mengingatkan bahwa dalam jangka pendek harga telah naik terlalu cepat dan terlalu jauh, sehingga koreksi dinilai sehat bagi pasar.
Sentimen investor juga terbantu oleh data ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan kuartal ketiga lebih kuat dari perkiraan di Amerika Serikat (AS).
Ketua Federal Reserve (The Fed) berikutnya juga diperkirakan akan bersikap lebih dovish menjaga fokus pasar pada arah kebijakan moneter tahun depan.
Di Eropa, prospek kebijakan suku bunga dinilai lebih hawkish. Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga pekan lalu dan memberi sinyal kemungkinan berakhirnya siklus pelonggaran, membuka potensi perbedaan arah kebijakan dengan The Fed.
Baca Juga: KRAS Kantongi Pinjaman Pemegang Saham USD290 Juta dari Danantara
Investor juga mencermati faktor musiman yang kerap muncul di akhir tahun, yakni potensi Santa Claus rally. Meski demikian, pelaku pasar menilai faktor musiman jarang mengalahkan fundamental utama seperti arah kebijakan bank sentral, ekspektasi kinerja emiten dan pergerakan imbal hasil obligasi, terutama menjelang pergantian tahun saat posisi investasi dan likuiditas mulai kembali normal.


