Profil Cipta Cendikia FA, Akademi Sepak Bola Wanita Fokus Bentuk Pemain Cerdas

kumparan.com
5 jam lalu
Cover Berita

Cipta Cendikia Football Academy (CCFA) bukan sekadar sekolah sepak bola. Akademi yang berdiri sejak 2016 untuk tim putra dan 2024 untuk tim putri ini hadir dengan konsep yang berbeda dari SSB lain. Seluruh proses pembinaan pemain dilakukan secara terstruktur dalam satu lingkungan yang saling terhubung, mulai dari sekolah, asrama, hingga latihan sepak bola.

Berbasis di kawasan Cibinong, Bogor, Cipta Cendikia merancang sistem pembinaan yang membuat pemain tak hanya berkembang di lapangan, tetapi juga secara akademis dan mental. Para pemain bersekolah di institusi yang sama, tinggal di asrama, serta menjalani program latihan harian yang sudah tersusun rapi.

“Cipta Cendikia itu bukan seperti SSB pada umumnya. Cipta Cendikia itu adalah akademi sepak bola. Jadi kita semuanya ter-cover di dalam satu tempat, mereka sekolah di situ, mereka berasrama di dekat sekolah,” ujar Intan Fitriani, pemilik Cipta Cendikia Football Academy, ketika ditemui kumparanBOLANITA di Ayo Arena Sentul, Bogor, Rabu (24/12).

Dari Renang sampai Yoga

Perbedaan paling mencolok antara Cipta Cendikia dengan SSB lain terletak pada pola keseharian pemainnya. Jika SSB umumnya hanya berfokus pada latihan dua hingga tiga kali sepekan, Cipta Cendikia menerapkan pembinaan penuh waktu.

Pagi hari diisi dengan kegiatan sekolah. Setelah itu, pemain wajib beristirahat sebelum masuk sesi latihan sore. Tak berhenti di situ, malam hari masih diisi dengan kegiatan pendukung seperti les bahasa Inggris dan mengaji. Seluruh rutinitas ini dirancang agar pemain tumbuh seimbang, baik sebagai atlet maupun pelajar.

Berikut ini jadwal lengkap latihan Cipta Cendikia Football Academy:

Tidak seperti SSB pada umumnya, Cipta Cendikia FA juga memasukkan renang dan yoga ke dalam program latihan para pemain. Salah satu pelatih mereka, Daary Zhafraan Syam, mengatakan bahwa itu menjadi bagian dari identitas akademi.

“Karena resource-nya ada, kita manfaatkan. Tidak banyak akademi atau SSB yang menerapkan renang dan yoga secara rutin. Itu jadi identitas Cipta Cendikia,” kata Zhafraan.

Renang ini, kata Zhafraan, difokuskan untuk melatih pernapasan, endurance, serta koordinasi tubuh. Sementara yoga bertujuan untuk menjaga kelenturan, kekuatan otot, hingga membantu pemain mengelola emosi dan fokus saat bertanding.

Untuk mendukung proses latihan tersebut, Cipta Cendikia FA saat ini memiliki 14 pelatih—termasuk Zhafraan—yang menangani tim putra dan putri, dengan pembagian tugas yang menyesuaikan kelompok usia dan kebutuhan pengembangan pemain.

Nol Rupiah untuk Tim Putri, Beasiswa Penuh

Salah satu hal yang paling menarik dari Cipta Cendikia FA adalah kebijakan beasiswa penuh bagi pemain putri. Tidak ada biaya pendaftaran, iuran bulanan, hingga biaya pertandingan.

Pembinaannya juga langsung disiapkan dengan standar yang sama seperti tim putra. Saat ini, sembilan pemain putri tinggal di asrama, sementara beberapa lainnya masih berasal dari luar.

“Semuanya mereka tidak berbayar, baik pertandingan, baik akomodasi mereka, terus konsumsi juga semuanya free, tidak ada yang kita kenakan biaya,” ucap Intan.

Sederet Prestasi Membanggakan

Meski baru berdiri satu tahun, tim putri Cipta Cendikia sudah mencatatkan sejumlah pencapaian membanggakan. Di tahun ini, mereka menjuarai FOBISIA Football Competition di British School Jakarta, HYDROPLUS Piala Pertiwi U-14 Regional Jakarta, dan runner-up HYDROPLUS Piala Pertiwi U14 Regional Banten.

Di HYDROPLUS Soccer League U-15 Jakarta, mereka juga berada di puncak klasemen dengan torehan sempurna 39 poin, hasil dari 13 kemenangan beruntun dan belum terkalahkan.

Salah satu andalan mereka, Ratu Anindya Zilvana, menjadi top scorer U-15 sementara dengan koleksi 21 gol. Di posisi kedua ada rekannya, Albianca Raula, yang mencetak 14 gol.

Meski begitu, bagi Cipta Cendikia FA, prestasi bukanlah satu-satunya tujuan mereka didirikan. Akademi ini membawa misi jangka panjang: menghapus stigma bahwa pemain sepak bola, khususnya putri, lemah secara akademis.

“Sebenarnya visi dan misi kita adalah menciptakan pemain bola yang cerdas dan ber-attitude baik. Jadi yang masuk Cipta Cendikia harus sekolah, harus pintar semuanya, seperti itu,” kata Intan.

Masih Terbuka untuk Umum

Meski dikenal sebagai sekolah sekaligus akademi sepak bola, Cipta Cendikia FA saat ini masih membuka kesempatan bagi pemain dari luar untuk bergabung, khususnya di tim putri. Kebijakan ini memberi ruang bagi pesepak bola muda yang belum bersekolah di Cipta Cendikia, tetapi ingin merasakan sistem pembinaan yang diterapkan akademi tersebut.

“Untuk sekarang, tim putri masih terbuka untuk umum, termasuk yang berasal dari luar. Tapi pelan-pelan kami berharap mereka juga bisa bersekolah di sini, supaya benar-benar terkontrol,” ujar Intan.

Menurut Intan, sistem satu atap yang diterapkan Cipta Cendikia membuat akademi bisa mengawasi banyak aspek keseharian pemain, mulai dari pola makan hingga aktivitas harian di luar lapangan. Salah satu aturan yang diterapkan adalah pembatasan penggunaan gawai.

“Penggunaan handphone kami batasi. Anak-anak hanya boleh menggunakan handphone di Jumat sore setelah yoga dan di akhir pekan. Selebihnya tidak,” kata Intan.

Pembinaan di Cipta Cendikia sendiri difokuskan pada jenjang SMP hingga SMA. Saat ini, sebagian pemain yang masih di bangku SD merupakan hasil pembinaan dari program MilkLife Soccer Challenge. Namun, mereka belum bersekolah di Cipta Cendikia dan baru akan masuk ketika memasuki jenjang SMP.

“Kalau pembinaan utamanya sebenarnya mulai dari SMP, sekitar usia 11-12 tahun, sampai SMA. Jadi pemain bisa berada di Cipta Cendikia sampai enam tahun,” jelas Intan.

“Seru Banget Gabung di Tim Ini!”

Bagi para pemain, sistem yang terstruktur ini membuat mereka merasa lebih fokus dan cepat berkembang. Albianca Raula, salah satu pemain tim putri Cipta Cendikia, mengaku betah sejak bergabung awal 2025.

“Aku suka banget sama tim ini. Teman-temannya baik, suasananya seru, dan pas main di lapangan juga kompak,” kata Albianca.

Hal serupa dirasakan Khansa Rosyid. Meski para pemain tidak selalu bertemu setiap hari di luar pertandingan, kekompakan tetap terbangun saat kompetisi.

“Pertemanannya bagus, timnya juga solid. Kalau di pertandingan, komunikasinya jalan,” ujar Khansa.

Kekompakan itu terlihat di ajang Hydroplus Soccer League U-15 Jakarta, ketika tim putri Cipta Cendikia saat ini bertengger di puncak klasemen. Bianca dan Khansa pun sama-sama meraih penghargaan Best Player di ajang Piala Pertiwi regional.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Novel Baswedan: KPK Mudah Diintervensi dengan Adanya Kewenangan SP3
• 21 jam lalurctiplus.com
thumb
ICW Kritik KPK Butuh 1 Tahun Sampaikan SP3 Kasus Tambang Rp 2,7 Triliun
• 18 jam laludetik.com
thumb
Pemkab Agam Catat 2.823 Warga Masih Mengungsi Pascabencana
• 3 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Kejagung Bisa Ambil Alih Kasus Dugaan Korupsi Tambang di Konawe Utara yang Dihentikan KPK
• 5 jam laluidxchannel.com
thumb
Pemprov DKI Audit Gedung Jakarta Mulai 2026, Fokus Keselamatan Publik
• 2 jam lalugenpi.co
Berhasil disimpan.