Negosiasi Tarif RI-AS Tunjukkan Kemajuan, Redam Risiko Kebijakan Ekstrem

katadata.co.id
3 jam lalu
Cover Berita

Perundingan tarif perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat menunjukkan kemajuan signifikan menjelang akhir 2025, meski kesepakatan tersebut belum sepenuhnya rampung secara hukum.

Hasil negosiasi intensif kedua negara telah mencapai kesepakatan prinsip untuk menurunkan tarif resiprokal dari potensi 32 persen menjadi 19 persen, sebuah capaian yang dinilai mampu meredam risiko kebijakan ekstrem terhadap perdagangan Indonesia.

Office of Chief Economist Bank Mandiri mencatat, pada Desember 2025 kedua pihak telah menyepakati isu-isu substantif utama dan saat ini memasuki tahap finalisasi teknis serta harmonisasi dokumen hukum.

Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa kesepakatan tersebut belum final secara legal, namun penandatanganan resmi ditargetkan berlangsung pada Januari 2026 di tingkat kepala negara.

“Dengan demikian, risiko penerapan tarif ekstrem telah mereda, meskipun kepastian hukum penuh masih menunggu penyelesaian tahap akhir,” tulis Bank Mandiri dalam riset terbarunya yang dirilis pada 29 Desember 2025.

Selain isu penurunan tarif, negosiasi juga mencakup kepentingan strategis Amerika Serikat terkait akses terhadap mineral kritis Indonesia, seperti nikel, tembaga, bauksit, dan logam tanah jarang. Isu ini menjadi bagian sensitif dalam perundingan mengingat posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok global.

“Indonesia merespons dengan pendekatan hati-hati, menegaskan bahwa kerja sama mineral harus sejalan dengan kebijakan hilirisasi dan kedaulatan sumber daya nasional.”

Dari sisi domestik, dampak penerapan tarif sebesar 19 persen diperkirakan tidak merata antar sektor. Sejumlah komoditas unggulan seperti minyak sawit, kopi, dan kakao berpeluang memperoleh pengecualian tarif sehingga dapat meningkatkan daya saing ekspor. Sebaliknya, sektor tekstil masih berpotensi menghadapi tekanan karena tetap dikenai tarif penuh.

Secara keseluruhan, Bank Mandiri menilai kesepakatan prinsip ini sebagai langkah penting dalam menurunkan risiko jangka pendek perdagangan internasional Indonesia. Namun demikian, tantangan ke depan diperkirakan akan bergeser pada penguatan kebijakan domestik serta konsistensi strategi industrialisasi jangka menengah.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
48 Sumur Dibangun di Aceh Tamiang untuk Penuhi Kebutuhan Air Bersih
• 15 jam laludisway.id
thumb
Tiru Kepribadian Manusia, China Mulai Perketat Aturan AI
• 19 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Mengapa Kecelakaan Laut Terus Berulang?
• 13 jam lalukompas.id
thumb
Emiten Prajogo Pangestu CUAN Bakal Akuisisi Singaraja Putra (SINI)
• 16 jam lalubisnis.com
thumb
Saldo di Rekening Bisa Kesedot, Hati-hati Klik ‘Saya Bukan Robot’
• 11 jam lalufajar.co.id
Berhasil disimpan.