Liputan6.com, Jakarta - Bagi Indonesia, tahun 2025 ini menjadi tahun yang penting dalam sejarah perberasan nasional, dalam waktu dekat, tahun 2025 akan ditutup dan berganti menjadi 2026.
Produksi beras yang sangat melimpah, membuat cadangan beras pemerintah berdiri kokoh, sejak tahun pemerintahaan saat ini berkomitmen menyetop impor beras.
Advertisement
Dilansir dari Antara, Selasa (30/12/2025), Presiden Prabowo Subianto bahkan sudah menyatakan kemauan politik dalam memproklamasikan kembali keberhasilan Sasembada Beras 2025 di awal tahun 2026.
Tetapi, keberhasilan selalu datang bersama tanggung jawab yang baru, dan apa saja tantangan yang menanti setelah proklamasi swasembada beras ini dikeluarkan?
Pertanyaan tersebut layak direnungkan para pengambil kebijakan, agar swasembada tidak hanya menjadi momen yang sesaat. Indonesia juga memiliki pengalaman mencapai swasembada beras pada tahun 1984 dan 2023, tetapi saat itu sifatmya masih 'on trend'.
Swasembada Beras 2025 ini harusnya membuka sejarah baru, dimana bukan hanya berhasil, tetapi juga berkelanjutan. Kunci dari swasembada tetap bertumpu pada produksi dalam negeri. Tanpa produksi berlimpah yang mencukupi setiap kebutuhan nasional, swasembada sulit terwujud.
Karena hal tersebut, perhatian terhadap peningkatan produksi beras menjadi sangat masuk akal, karena Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi beras di tahun 2025 mencapai 34,77 juta ton, jauh melampaui yang dibutuhkan masyarakat sekitar 30.0 juta ton.
Food Agriculture Organization (FAO) memperlihatkan angka yang lebih tinggi lahi, BPS juga mencatat produksi nasional dari Januari-Maret 2025 mencapai 8,67 juta ton, lalu meningkat 52,32 persen dibanding periode sama tahun 2024.


