JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyatakan terdapat potensi peningkatan cuaca ekstrem berupa hujan dan angin kencang di wilayah Sumatera.
Hal tersebut disampaikan dalam diskusi daring yang digelar pada Selasa (30/12). Erma mengatakan, meningkatnya potensi cuaca ekstrem dilihat dari parameter angin dan hujan ekstrem yang merupakan bagian dari krisis iklim.
Erma menerangkan, krisis iklim rentan berdampak di Sumatera hingga tahun 2040 mendatang. Pulau Sumatera disebutnya menjadi wilayah paling rentan terdampak cuaca ekstrem di Indonesia.
"Kita lihat bahwa ternyata peringkat yang menduduki urutan pertama bahwa perubahan iklim ini akan sangat mengancam Sumatera, dalam konteks angin ekstremnya itu akan meningkat signifikan sampai 2040, itu selama Desember, Januari, Februari," kata Erma, Selasa (30/12/2025).
"Itu ternyata juaranya adalah Sumatera, nomor satu adalah Sumatra, kemudian pulau yang kedua itu adalah Kalimantan, baru yang ketiga Jawa. Sumatra ini memang harus menjadi prioritas kita, high priority of the mitigation for the extreme weather."
Baca Juga: Cuaca Ekstrem, KSOP Kelas III Labuan Bajo Tutup Sementara Aktivitas Pelayaran Termasuk Kapal Wisata
Menurut Erma, proyeksi ini berdasarkan data historis untuk wilayah terkait. Erma pun menekankan pentingnya aksi mitigasi untuk meredam dampak cuaca ekstrem di Sumatera.
Lebih lanjut, Erma menyatakan terdapat potensi hujan ekstrem di Sumatera dalam waktu dekat saat periode musim hujan. Menurutnya, terdapat potensi hujan ekstrem meningkat karena dinamika laut dan atmsofer di dekat Sumatera, termasuk di kawasan Selat Malaka dan Samudera Hindia.
Erma Yulihastin menekankan langkah mitigasi harus menjadi prioritas, di antaranya pemulihan ekosistem dengan cara melakukan pengerukan dan membuat jalur air untuk mencegah banjir bandang sampai dengan peninjauan kondisi hulu daerah aliran sungai demi memastikan kemampuan menampung air hujan.
"Kalau itu sudah berubah signifikan dua-duanya, baik hujan maupun angin, berarti kan kita tidak bisa abaikan lagi. Jadi sinyal-sinyal ini merupakan sinyal, salah satu dari kejadian langka yang harusnya terjadi 150 tahun sekali kini kita alami menjadi sangat sering," kata Erma.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV
- potensi cuaca ekstrem
- banjir sumatera
- cuaca ekstrem sumatera
- pakar brin
- krisis iklim




