Bisnis.com, CIREBON - Mobilitas penumpang kereta api di wilayah Cirebon meningkat tajam selama masa Angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.
Data PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon menunjukkan, dalam kurun 18 hingga 30 Desember 2025, sebanyak 192.829 orang tercatat menggunakan layanan kereta api di wilayah tersebut.
Dari total tersebut, jumlah penumpang yang datang ke wilayah Daop 3 Cirebon mencapai 99.590 orang, lebih besar dibandingkan penumpang yang berangkat sebanyak 93.239 orang.
Pada Selasa (30/12/2025), volume penumpang harian tercatat 14.697 orang. Rinciannya, 7.603 penumpang berangkat dan 7.094 penumpang tiba di berbagai stasiun Daop 3 Cirebon.
Manager Humas Daop 3 Cirebon, Muhibuddin mengatakan, angka harian ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan hari normal di luar musim liburan, menandakan tekanan tambahan terhadap layanan transportasi publik.
Kepadatan penumpang paling terasa di stasiun-stasiun besar. Stasiun Cirebon mencatat jumlah keberangkatan tertinggi dengan 39.685 penumpang selama periode Nataru.
Baca Juga
- Momen Nataru, 465.535 Penumpang Manfaatkan Moda Transportasi Kereta Api di Daop 4 Semarang
- Ini Daftar 10 Stasiun Kereta Api Terpadat selama Libur Nataru 2025/2026
- Penumpang Kereta Api Jarak Jauh Tembus 2,5 Juta selama Libur Nataru
"Posisi berikutnya ditempati Stasiun Cirebon Prujakan sebanyak 15.379 penumpang dan Stasiun Jatibarang 12.359 penumpang. Sementara itu, stasiun-stasiun menengah seperti Brebes dan Haurgeulis masing-masing melayani lebih dari 9.000 dan 6.000 penumpang," kata Muhibuddin, Selasa (30/12/2025).
Menurutnya, distribusi ini memperlihatkan konsentrasi mobilitas pada simpul-simpul utama, sekaligus mempertegas ketimpangan peran antarstasiun. Stasiun kecil seperti Babakan, Arjawinangun, Tanjung, dan Ciledug melayani penumpang dalam jumlah jauh lebih rendah.
"Pola ini lazim dalam sistem transportasi berbasis hub, namun tetap menyisakan pekerjaan rumah terkait pemerataan akses dan konektivitas," tuturnya.
Secara ekonomi, kata Muhibuddin, lonjakan penumpang Nataru membawa efek berganda bagi wilayah Cirebon. Meningkatnya arus kedatangan biasanya diikuti kenaikan konsumsi di sektor informal, penginapan, kuliner, hingga transportasi lanjutan.
Namun, efek tersebut bersifat sementara dan musiman. Tanpa penguatan kebijakan ekonomi lokal, perputaran uang selama libur panjang kerap tidak meninggalkan dampak jangka panjang yang signifikan.
Di sisi lain, tingginya tingkat keterisian kereta juga menunjukkan kuatnya ketergantungan masyarakat pada moda transportasi massal berbasis rel. KAI mencatat tingkat penjualan tiket kereta jarak jauh mendekati 92 persen dari kapasitas yang disediakan.




