Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) mengingatkan wacana pemangkasan produksi batu bara perlu diterapkan secara terukur dan berbasis kondisi pasar.
Direktur Eksekutif APBI Gita Mahyarani menuturkan, wacana pemangkasan itu akan efektif menjaga harga batu bara jika memperhatikan hal tersebut.
"Kebijakan pemangkasan produksi akan efektif apabila diterapkan secara terukur dan berbasis kondisi pasar karena pemotongan yang terlalu agresif berisiko berdampak pada penyerapan tenaga kerja, utilisasi alat berat, serta kelanjutan rencana investasi," tutur Gita kepada Bisnis, Selasa (30/12/2025).
Gita menuturkan, pihaknya memahami tujuan pemerintah memangkas produksi batu bara adalah untuk mengendalikan produksi. Namun, implementasinya juga perlu dilakukan secara hati-hati dan terukur.
Kendati demikian, dia mengaku belum mendapat informasi pasti terkait berapa kuota produksi yang bakal dipangkas pemerintah. Gita hanya menekankan bahwa pihaknya bakal berfokus pada efisiensi biaya hingga pendekatan pasar yang lebih adaptif.
"Ke depan, strateginya akan berfokus pada disiplin biaya, peningkatan efisiensi, serta pendekatan pasar yang lebih selektif dan adaptif," ucapnya.
Baca Juga
- Proyeksi Tambang 2026: Batu Bara-Nikel Suram, Emas & Timah Justru Berkilau
- Masih Dibahas, Bea Keluar Batu Bara Batal Berlaku Awal Tahun?
- Produksi Batu Bara Indonesia Anjlok pada 2025, Pemerintah Kendalikan Pasokan
Gita menambahkan bahwa pihaknya memproyeksi pertumbuhan investasi di sektor batu bara sangat terbatas pada tahun depan. Hal ini seiring dengan permintaan global batu bara termal yang cenderung moderat.
"Pertumbuhan ke depan diperkirakan sangat terbatas, sekitar 0,5% sehingga tidak lagi signifikan," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap langkah pemangkasan target produksi komoditas mineral, termasuk nikel, dan batu bara untuk menjaga keseimbangan di pasar.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan pihaknya akan mengatur arah produksi komoditas minerba tahun depan sehingga pasokan dan permintaan stabil.
"Semuanya kita pangkas [produksi], bukan hanya nikel. Batu bara pun kita pangkas. Kenapa? karena kita akan mengatur supply dan demand," kata Bahlil kepada wartawan, Jumat (19/12/2025).
Dia mencontohkan, kapasitas produksi batu bara Indonesia saat ini mencapai 500-600 juta ton per tahun. Padahal, batu bara di pasar global telah mencapai 1,3 miliar ton.
Menurut Bahlil, pasokan batu bara yang berlebih di dalam negeri, membuat harga komoditas tersebut tertekan di pasar. Kondisi ini tak hanya berdampak ke arus kas perusahaan batu bara, tetapi juga berpotensi menggerus penerimaan negara.
"Jadi kita akan atur, tujuannya apa? Pengusahanya harus mendapatkan harga yang baik, dan negara juga mendapatkan pendapatan yang baik," tuturnya.
Kendati demikian, Bahlil tak memberikan angka pasti target produksi nikel dan mineral lainnya, serta batu bara tahun depan. Pasalnya, pihaknya masih dalam proses perhitungan.




