Bisnis.com, BATAM - Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) menunjukkan kinerja impresif sepanjang 2025 di tengah tekanan global yang masih berlanjut. Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri mencatat pertumbuhan ekonomi Kepri hingga triwulan III/2025 mencapai 7,48% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional dan menjadi yang tertinggi di wilayah Sumatra.
Secara kumulatif hingga triwulan III/2025, ekonomi Kepri tumbuh 6,60% (c-t-c). Kinerja tersebut didorong oleh kuatnya sektor industri pengolahan, pertambangan, konstruksi, serta perdagangan, seiring berlanjutnya investasi dan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik.
Kepala Perwakilan BI Kepri, Rony Widijarto mengatakan bahwa struktur ekonomi Kepri yang berbasis industri dan perdagangan lintas negara menjadi faktor utama akselerasi pertumbuhan daerah.
"Pertumbuhan ekonomi Kepri tetap solid dan berdaya tahan, ditopang investasi, konsumsi masyarakat yang terus membaik, serta akselerasi digitalisasi sistem pembayaran," ujar Rony dalam kegiatan Bincang Bareng Media (BBM) Desember 2025 di Batam Center, Selasa (30/12/2025).
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) masih menjadi motor utama pertumbuhan. Sementara itu, dari sisi penawaran, industri pengolahan dan pertambangan mencatatkan andil signifikan seiring beroperasinya sejumlah tambang migas baru di wilayah Natuna dan Anambas, serta pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kepri.
Meski demikian, BI Kepri tetap mencermati sejumlah risiko eksternal, mulai dari gejolak geopolitik global, kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat, hingga meningkatnya persaingan investasi regional pasca peresmian Johor–Singapore Special Economic Zone (JS-SEZ).
Di tengah pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga di Kepri tetap terjaga. Inflasi November 2025 tercatat 3,00% (y-o-y), masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional. Secara bulanan, inflasi Kepri tercatat 0,23% (month to month/mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,36%
Tekanan inflasi terutama berasal dari kenaikan harga angkutan udara, daging ayam ras, emas perhiasan, serta sewa rumah. "Kenaikan tarif angkutan udara dipengaruhi oleh peningkatan harga avtur dan tingginya mobilitas masyarakat, sementara harga daging ayam ras terdorong kenaikan harga pakan ternak," ungkapnya.
Di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga sejumlah komoditas pangan seperti cabai merah, cabai hijau, tomat, bayam, dan kangkung, seiring terjaganya pasokan di wilayah Kepri.(239)


/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F12%2F27%2Fc498a171c63ccffa8256c7ecb47e3cd7-Agt02.jpg)


