REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Menteri Agama (Menang) RI, Prof Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya transformasi kurikulum pendidikan keagamaan sebagai fondasi utama dalam membentuk wajah umat di masa depan.
Menurutnya, karakter umat—apakah moderat, inklusif, atau justru kaku dan eksklusif—dapat “diorder” melalui kurikulum yang dirancang secara sadar dan visioner.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Nasib Gaza, Iran, dan Lebanon Seolah Ditentukan Dua Sejoli Trump dan Netanyahu?
- Pengakuan Israel Atas Somaliland Bukan Hal Sepele, Ini Dampaknya Terhadap Somalia dan Tanduk Afrika
- Investigasi Aljazeera Ungkap Rahasia Tersembunyi di Balik Pengakuan Israel Atas Somaliland
Hal itu disampaikan Nasaruddin saat sambutan dalam acara "Review dan Design Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis)" di Kantor Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2025).
“Ada teori yang mengatakan umat seperti apa yang kita akan harapkan di masa depan itu bisa diorder melalui kurikulum. Apakah umat moderat, radikal, liberal itu bisa kita order melalui kurikulum,” ujar Nasaruddin.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Ia menjelaskan, Kemenag kini memperkenalkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang terintegrasi dengan pendekatan ekoteologi.
Kurikulum ini, kata dia, dirancang sebagai kurikulum transformatif yang tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk cara pandang dan sikap keberagamaan umat.
Menurut Nasaruddin, transformasi pertama yang diusung KBC adalah pergeseran dari teologi yang terlalu maskulin dan berorientasi pada struggle menuju teologi yang bersifat nurturing dan penuh pengasuhan. Ia menyebutnya sebagai transformasi dari teologi uluhiyah ke rububiyah.
“Masyarakat kita tidak akan ramah terhadap alam dan sesama jika sistem teologinya terlalu dipengaruhi kualitas maskulin yang keras. Kita ingin mengarahkan umat menjadi umat yang nurturing, yang memelihara, bukan mendominasi,” ucapnya.
Transformasi kedua, lanjut Nasaruddin, adalah perubahan orientasi keberagamaan dari nomos oriented—yang menekankan formalitas dan kategori—menuju eros oriented, yakni keberagamaan yang menekankan nilai, substansi, dan cinta.




