jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) RI berkomitmen serius dalam mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan pelestarian alam.
Melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Kemenag meluncurkan sejumlah terobosan inovatif sepanjang 2025, mulai dari program wakaf pohon bagi calon pengantin hingga pengembangan masjid ramah lingkungan.
BACA JUGA: Lebih dari 50 Persen Guru PAI SD Belum Fasih Membaca Al-Quran, Kemenag Siapkan Intervensi
Dalam Forum Group Discussion (FGD) Implementasi Kebijakan Ekoteologi di Jakarta, Dirjen Bimas Islam, Abu Rokhmad, memaparkan lima pilar utama yang menjadi motor penggerak gerakan "Agama Peduli Alam" ini.
Salah satu program paling unik ialah kewajiban atau imbauan bagi pasangan yang akan menikah untuk berwakaf pohon.
BACA JUGA: Sepanjang 2025, Kemenag Kukuhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa
Program tersebut diintegrasikan ke dalam Bimbingan Perkawinan (Bimwin).
"Catin tidak hanya dibekali ilmu rumah tangga, tetapi juga edukasi kepedulian lingkungan melalui aksi nyata menanam pohon," ujar Abu Rokhmad, Rabu (31/12).
BACA JUGA: Sambut Nataru, Kemenag Siapkan 6.859 Masjid Ramah Pemudik di 27 Provinsi
Dia mengatakan hingga akhir 2025, Kemenag telah mengelola 11 titik hutan wakaf dengan total luas mencapai 7.349 hektare. Lahan ditanami pohon produktif seperti durian, cengkeh, nangka, dan gaharu.
"Langkah ini mampu memberikan dua manfaat sekaligus menjaga ekologi dan memberikan nilai ekonomi bagi umat," ujarnya.
Kemenag juga menargetkan 1.319 masjid di seluruh Indonesia menjadi proyek percontohan (piloting) masjid ramah lingkungan.
Gerakan itu juga didukung oleh unit terkecil masyarakat melalui inisiasi Majelis Taklim Peduli Bumi.
Di sisi lain dilakukan transformasi KUA Green Building. Pada 2025, ditargetkan sebanyak 1.753 unit KUA dibangun dengan konsep green building.
Jumlah itu meningkat signifikan dari tahun sebelumnya. KUA masa depan ini akan menggunakan energi terbarukan dan sistem layanan yang minim limbah.
Kemenag melalui Majelis Taklim Peduli Bumi, menyasar jutaan jamaah untuk menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga alam adalah bagian dari iman.
Sementara itu, Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa ekoteologi adalah prioritas utama untuk mencegah bencana ekologis.
Menurut Menag, pendekatan hukum dan politik saja tidak cukup untuk menyelamatkan bumi.
"Hanya bahasa agama yang bisa meredam 'amukan' alam. Di sana ada konsep dosa bagi perusak alam dan pahala bagi mereka yang memelihara alam," ujar Menag.
Menutup tahun 2025, Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin, menyatakan bahwa pemerintah tengah menyiapkan Petunjuk Teknis (Juknis) implementasi ekoteologi yang lebih komprehensif untuk tahun 2026.
"Dengan puluhan ribu penceramah dan ribuan KUA di seluruh Indonesia, Kemenag optimis gerakan ini akan menjadi gerakan masif nasional," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Capaian 2025, Kemenag Sertifikasi 101 Ribu Guru Sepanjang 2025
Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Mesyia Muhammad



