FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Ketegangan internal di badan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akhirnya mereda. Seluruh pihak yang sempat berbeda pandangan kini sepakat untuk kembali merapatkan barisan demi menjaga persatuan dan mendorong kemajuan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf menyampaikan bahwa pembahasan terkait waktu pelaksanaan muktamar NU ke depan akan dibicarakan langsung oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar bersama Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
“Ya nanti akan dibicarakan lebih lanjut pada saat ini. Belum bisa nanti tunggu KH. Miftachul Akhyar dengan Gus Yahya. Ya nanti akan ada disampaikan pada saatnya,” ujar Saifullah Yusuf, dikutip Senin (29/12/2025).
Pria yang akrab disapa Gus Ipul itu mengaku bersyukur atas suasana kebersamaan yang kembali terbangun di lingkungan PBNU. Ia menilai pertemuan yang berlangsung di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali persatuan dan kekeluargaan antarpengurus.
“Alhamdulillah hari ini sudah kumpul, kita sudah khusyuk, rukun, makan bersama, selawatan. Alhamdulillah. Dan nanti ke depannya seperti apa, tunggu saja penjelasan nanti dari KH. Miftachul Akhyar dengan Gus Yahya,” tuturnya.
Pertemuan tersebut merupakan kali kedua Gus Yahya bertemu langsung dengan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dalam beberapa hari terakhir.
Kali ini, pertemuan digelar di kediaman Rais Aam yang berada di kompleks Pondok Pesantren Miftachussunnah, Jalan Kedungtarukan, Surabaya, pada Minggu (28/12/2025).
PBNU menegaskan, pertemuan itu difokuskan pada silaturahmi dan penguatan suasana batin kebersamaan di internal organisasi. Adapun pembahasan strategis terkait arah organisasi ke depan, termasuk soal muktamar NU, akan dibicarakan secara khusus oleh Rais Aam dan Ketua Umum PBNU.
Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar dan Gus Yahya juga sempat bertemu di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, pada Kamis (25/12) lalu. Pertemuan tersebut dihadiri sejumlah kiai sepuh serta jajaran mustasyar, rais syuriah, dan katib syuriah PBNU, sebagai bagian dari upaya menjaga soliditas dan keharmonisan NU. (Wahyuni/Fajar)




