Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan saham perbankan terpantau bervariasi pada awal perdagangan menjelang penutupan perdagangan tahun 2025. Penutupan perdagangan dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (30/12/2025) hari ini.
Sejumlah saham bank besar masih berada di zona merah secara tahunan (year to date/YtD), sementara sebagian emiten bank lain justru mampu mencatatkan penguatan signifikan sepanjang tahun ini.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dibuka melemah di level Rp7.950 per saham, turun 0,93% atau 75 poin dibandingkan penutupan sebelumnya.
Tekanan pada saham bank swasta terbesar di Tanah Air itu membuat kinerjanya secara YtD terkoreksi cukup dalam, yakni 17,31% atau setara penurunan 1.675 poin.
Sementara itu, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dibuka stagnan di level Rp5.075 per saham. Namun, dalam beberapa menit awal perdagangan, saham bank pelat merah tersebut sempat tertekan hingga menyentuh level terendah di Rp5.050 per saham. Secara YtD, saham BMRI tercatat melemah 10,53% atau turun sekitar 600 poin.
Tekanan juga terjadi pada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Saham BRI dibuka di level Rp3.690 per saham atau turun 2,38% setara 90 poin. Secara tahunan, saham BBRI telah terkoreksi 10,05% atau sekitar 410 poin, mencerminkan tekanan yang masih membayangi saham perbankan besar sepanjang 2025.
Berbeda dengan tiga bank besar tersebut, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menunjukkan pergerakan yang lebih fluktuatif.
Saham BNI dibuka di level Rp4.260 per saham, sempat melemah ke Rp4.250, sebelum akhirnya berbalik menguat ke Rp4.310 per saham. Meski demikian, secara YtD saham BBNI masih tercatat turun tipis 1,61% atau sekitar 70 poin.
Adapun saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dibuka di level Rp2.260 per saham sebelum melemah 0,88% atau 20 poin ke Rp2.240 per saham.
Saham BRIS sempat bangkit ke level Rp2.270 per saham, namun secara YtD masih tertekan cukup dalam dengan penurunan 17,95% atau sekitar 490 poin.
Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) justru menunjukkan pergerakan positif. Saham BTN dibuka di level Rp1.150 per saham, sama dengan harga penutupan sebelumnya, sebelum menguat ke Rp1.165 per saham. Secara YtD, saham BBTN masih mampu mencatatkan kenaikan 0,88% atau sekitar 10 poin.
Kinerja positif juga terlihat pada saham PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA). Saham BNGA dibuka di level Rp1.745 per saham dan sempat menyentuh level tertinggi Rp1.760 per saham. Sepanjang 2025, saham BNGA telah menguat 1,45% atau sekitar 25 poin.
Sementara itu, saham PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) menjadi salah satu yang mencatatkan penguatan signifikan. Saham BTPS dibuka di level Rp1.210 per saham dengan rentang perdagangan di kisaran Rp1.190 hingga Rp1.210 per saham. Secara YtD, saham BTPS melonjak 30,27% atau sekitar 280 poin.
Penguatan tajam juga tercatat pada saham PT KB Indonesia Tbk. (BBKP). Saham BBKP mayoritas bergerak stagnan di level Rp78 per saham sejak pembukaan perdagangan. Namun secara tahunan, saham BBKP melesat 42,59% atau naik sekitar 23 poin.
Emiten pendatang baru, PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA), turut mencuri perhatian pasar. Saham SUPA, yang resmi melantai di BEI pada 17 Desember 2025, dibuka di level Rp915 per saham.
Saham ini sempat menyentuh level tertinggi Rp935 per saham pada perdagangan hari ini dan terendah Rp905 per saham. Secara YtD, saham SUPA menguat 43,31% atau sekitar 275 poin.
Adapun saham PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), bank digital anak usaha BRI, dibuka di level Rp228 per saham. Saham AGRO sempat menguat ke Rp236 per saham meski kembali turun ke level pembukaan. Sepanjang tahun berjalan, saham AGRO tercatat bergerak stagnan.
Terakhir, saham PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) dibuka di level Rp1.365 per saham dengan pergerakan di rentang Rp1.360 hingga Rp1.370 per saham. Secara YtD, saham NISP masih mencatatkan kenaikan 3,80% atau sekitar 50 poin.
Pergerakan beragam saham perbankan ini mencerminkan dinamika sentimen pasar menjelang penutupan perdagangan 2025, di tengah seleksi investor terhadap kinerja, valuasi, serta prospek masing-masing emiten bank ke depan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.




