Mengapa Kita Tetap Merasa Lelah Setelah Liburan?

kumparan.com
14 jam lalu
Cover Berita

Liburan seharusnya menjadi jeda. Waktu untuk berhenti sejenak dari rutinitas, menarik napas lebih panjang, dan memulihkan diri. Namun, banyak orang justru kembali dari liburan dengan perasaan yang sama—atau bahkan lebih lelah—dibanding sebelum berangkat. Tubuh mungkin berpindah tempat, tetapi pikiran tak pernah benar-benar beristirahat.

Salah satu penyebabnya adalah cara kita memaknai liburan hari ini. Liburan bukan lagi dipahami sebagai ruang kosong, melainkan proyek singkat yang harus diisi. Jadwal padat, destinasi berlapis, agenda foto, dan target pengalaman membuat liburan menyerupai pekerjaan versi lain. Kita pergi jauh, tetapi tetap dikejar tenggat—hanya saja tenggat itu bernama “momen yang tak boleh terlewat”.

Teknologi turut memperparah keadaan. Liburan di era digital hampir mustahil lepas dari notifikasi. Pekerjaan masih mengikuti, pesan tetap masuk, dan media sosial menuntut kehadiran visual. Alih-alih hadir sepenuhnya di satu tempat, perhatian kita terpecah ke banyak arah. Akibatnya, tubuh berjalan, tetapi pikiran terus bekerja.

Ada pula tekanan sosial yang jarang disadari. Kini, liburan bukan hanya kebutuhan pribadi, melainkan juga konsumsi publik. Kita merasa perlu menunjukkan bahwa liburan kita “layak”, “menyenangkan”, dan “bernilai”.

Beban ini membuat liburan kehilangan sifat alaminya sebagai ruang pemulihan. Yang tersisa hanyalah upaya memenuhi ekspektasi, bukan kebutuhan diri.

Dalam konteks ini, lelah bukan soal jarak perjalanan, melainkan ketiadaan jeda mental. Kita tidak benar-benar berhenti, hanya berpindah lokasi. Padahal, esensi liburan bukan pada sejauh mana kita pergi, melainkan sejauh apa kita memberi ruang bagi diri sendiri untuk diam.

Mungkin yang perlu diubah bukan durasi atau destinasi liburan, melainkan cara kita memaknainya. Liburan tidak harus produktif, tidak selalu menyenangkan, dan tidak wajib dibagikan. Ia cukup menjadi ruang hening—tempat kita boleh tidak melakukan apa-apa tanpa rasa bersalah.

Karena pada akhirnya, liburan yang baik bukan yang paling ramai ceritanya, melainkan yang membuat kita pulang dengan pikiran lebih ringan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
KPK Hentikan Penyidikan Kasus Dugaan Korupsi Mantan Bupati Konawe Utara
• 16 jam lalutvrinews.com
thumb
Babak Baru Penyelenggaraan Haji di Tangan Kemenhaj
• 22 jam lalukompas.com
thumb
Memang Kebangetan jika Gaji PPPK Paruh Waktu Hanya Sebegini
• 6 jam lalujpnn.com
thumb
Jadwal Salat Makassar 31 Desember 2025
• 6 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Jelang RUPSLB, Leyand International Ajukan Nama-Nama Direksi Baru
• 23 jam laluwartaekonomi.co.id
Berhasil disimpan.