Menjelang akhir tahun, banyak kota di Tiongkok secara beruntun membatalkan seluruh kegiatan perayaan malam Tahun Baru. Dari Xi’an, Tianjin, hingga Bund Shanghai, pertunjukan lampu, acara hitung mundur, dan pesta kembang api semuanya dihentikan. Alasan resmi yang diberikan adalah “pencegahan risiko”. Namun, di tengah pelemahan ekonomi, meningkatnya pengangguran, meluasnya tunggakan upah, serta tekanan stabilitas sosial yang makin berat, opini publik menilai bahwa kekhawatiran sebenarnya pemerintah adalah potensi lepas kendali emosi massa dan risiko protes akibat kerumunan besar.
EtIndonesia. Belakangan ini, Xi’an, Anhui, Jiangsu, Henan, Guangzhou, dan banyak kota lainnya mengeluarkan pemberitahuan bahwa tidak akan menggelar perayaan malam Tahun Baru 2026 di kawasan bisnis populer maupun objek wisata terkenal. Sejumlah acara yang semula telah dijadwalkan juga dibatalkan mendadak.
Di Shanghai, bukan hanya tidak ada pertunjukan cahaya dan hitung mundur di Bund, pemerintah kota bahkan akan menerapkan pengendalian lalu lintas dan arus manusia yang sangat ketat.
Selain itu, Kota Tianjin mengumumkan larangan kembang api di seluruh kota, serta menghentikan pertunjukan kembang api malam Tahun Baru di tempat-tempat seperti Taman Bertema Kapal Induk TEDA.
Pada 27 Desember, Taihua City, Qingzhou, Provinsi Shandong, menyatakan bahwa atas permintaan departemen terkait, kegiatan hitung mundur luar ruangan pada tanggal 31 Desember dibatalkan, dengan alasan “menghindari risiko yang mungkin timbul dari kerumunan besar”.
“Ini adalah hari pergantian tahun yang dirayakan bersama oleh seluruh dunia. Mengapa PKT bahkan terhadap hal ini pun begitu sensitif dan begitu takut? Sebenarnya alasannya sangat sederhana. Mereka bukan benar-benar takut pada perayaan tahun baru, melainkan sangat memahami betapa serius krisis yang mereka hadapi. Mereka juga sangat sadar bahwa kesabaran rakyat Tiongkok telah mendekati batas, dan kemarahan serta psikologi perlawanan publik sudah mendekati titik kritis,” kata Host program Jingyuan Talks, Tang Jingyuan.
Menanggapi langkah pemerintah PKT, banyak warganet di Tiongkok daratan menyatakan kekecewaan. Ada yang berkomentar bahwa banyak kebijakan PKT tidak mendapat dukungan rakyat. Dengan kondisi ekonomi yang terus memburuk, pengangguran melonjak, dan keluhan publik memuncak, pemerintah sadar betul akan situasi ini, sehingga takut pada kerumunan massa, khawatir perayaan malam Tahun Baru berubah menjadi aksi protes kolektif anti-pemerintah yang mengancam stabilitas rezim.
Warga Tiongkok daratan berkata: “Lihat saja, orang yang mencari pekerjaan terlalu banyak. Tidak pernah terpikirkan pengangguran bisa setinggi ini.”
Warga lainnya berkata: “Sudah tidak sanggup lagi, benar-benar tidak sanggup. Saudara-saudara sekampung, menjelang tahun baru semua orang pulang ke rumah!”
Warga lain mengatakan: “Saya benar-benar menyadari bahwa kita telah memasuki era kerja serabutan sepenuhnya. Tidak ada satu pun pekerjaan yang bisa membuatmu bekerja sampai pensiun.”
Menjelang akhir tahun, akibat pelemahan ekonomi Tiongkok yang berkelanjutan, keuangan pemerintah daerah semakin terjepit. Dari BUMN hingga perusahaan swasta, dari pabrik hingga pusat perbelanjaan, suasana lesu terlihat di mana-mana.
Selain itu, akibat penunggakan gaji pekerja dalam jangka panjang, gelombang aksi menuntut upah terus bermunculan di berbagai daerah. Pemerintah mengerahkan polisi dan petugas keamanan untuk melakukan penindakan demi menjaga stabilitas, yang memicu keluhan luas dari masyarakat.
Warga Tiongkok daratan berkata: “Gaji ditunggak. Di Shaanxi, sejak Oktober sampai sekarang belum dibayar satu kali pun.”
Warga Guangxi berkata: “Ini kantor Harian Guangxi, mereka berutang gaji kepada kami tapi tidak membayar. Semua pintu dijaga satpam, kami tidak diizinkan masuk untuk menyelesaikan masalah.”
Pada 22 Desember, sebuah video yang beredar daring menunjukkan bahwa di jalur Metro Shanghai Line 7, seorang perempuan yang merasa tidak mendapat keadilan berjalan di dalam gerbong sambil berteriak: “Gulingkan Partai Komunis!”
Warga daratan Tiongkok berteriak: “Hancurkan peradilan! Gulingkan Partai Komunis!”
Opini publik menilai bahwa pemerintahan PKT telah memasuki “waktu sampah” (fase akhir). Baik di dunia maya maupun di kehidupan nyata, suara perlawanan diperkirakan akan semakin sulit dibendung. (Hui)
Laporan gabungan oleh Tang Rui, reporter New Tang Dynasty Television.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/4198274/original/006305900_1666263447-Peningkatan_penggunan_jasa_transportasi_umum-ANGGA_3.jpg)